SUBANG, TINTAHIJAU.com – Tradisi petasan yang melekat erat dengan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha di Dusun Jungklang, Desa Mulyasari, Kecamatan Binong, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan perayaan umat Islam setempat.
Petasan yang berjumlah ratusan tersebut dipicu sesaat setelah khutbah sholat Idul Fitri selesai, mengiringi lantunan takbir dari dalam Masjid Jami Al Muttaqin.
Menurut Heru, seorang pemuda yang turut serta menginisiasi tradisi ini, petasan telah meledak secara konsisten mulai pukul 06.50 hingga 07.20 WIB setiap tahunnya.
“Ini sudah menjadi bagian dari warisan budaya dan tradisi kami di sini,” ujarnya.
Sejumlah petasan yang meledak dengan riuh tersebut adalah hasil karya dari para rejama dusun Jungklang sendiri. Mereka secara rutin membuat petasan ini setiap tahunnya sebagai bentuk penghargaan terhadap tradisi.
Namun, tidak tanpa kendala, tahun ini tradisi tersebut mengalami sedikit kendala ketika salah satu tiang penyangganya patah. Meskipun demikian, hal itu tidak mengurangi semangat dan antusiasme warga dalam menyambut hari yang fitri ini.
Tujuan dari tradisi petasan ini adalah untuk memeriahkan suasana perayaan hari raya, terutama saat para jamaah masih berkumpul di halaman masjid.
“Suara petasan menjadi salah satu bagian dari kegembiraan kami dalam menyambut hari yang fitri ini,” tambah Heru.
Meskipun mendapat dukungan dari sebagian besar warga setempat, beberapa orang juga mengemukakan kekhawatiran terkait dengan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh petasan tersebut. Namun, hingga saat ini, tradisi ini tetap berlangsung tanpa insiden yang berarti.
Tradisi petasan Jungklang semakin memperkaya ragam budaya Indonesia, menunjukkan kekayaan tradisional yang tetap dijaga dan dirawat oleh masyarakat setempat.
Reporter: Dede Ramdani