Ragam  

Menilik Sejarah Gerakan Sustainable Fashion

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Fashion, sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, telah menjadi kebutuhan primer bagi semua orang.

Namun, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan masyarakat dalam industri fashion semakin berkembang. Inilah yang mendorong lahirnya gerakan sustainable fashion atau fashion berkelanjutan.

Sebelum lebih lanjut, mari kita telusuri sejarah dari gerakan ini.

Definisi Sustainable Fashion

Konsep sustainable fashion pertama kali didefinisikan oleh PBB pada tahun 1987 sebagai bentuk pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan generasi mendatang. Dengan demikian, produksi fashion diarahkan pada pendekatan yang ramah lingkungan, memastikan bahwa desain dan produksi pakaian tidak merugikan bumi.

Sustainable fashion, oleh karena itu, adalah gerakan yang menekankan perlunya industri tekstil lebih memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat, mengedepankan prinsip-prinsip lingkungan dan ekonomi.

Revolusi Industri dan Fashion

Sebelum revolusi industri, masyarakat menggunakan pakaian yang bersifat sustainable karena keterbatasan bahan baku, tenaga, dan biaya produksi. Namun, setelah revolusi industri pada tahun 1950-an, mesin jahit menjadi populer, memudahkan produksi pakaian dan mendorong munculnya fast fashion.

Baca Juga:  Catat! Berikut 5 Makanan Wajib Saat Sahur untuk Ibu Hamil

Munculnya fast fashion dan revolusi industri memicu pertumbuhan konsumsi pakaian yang cepat, tetapi juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Gerakan Berkelanjutan pada Tahun 60-an hingga 90-an

Gerakan berkelanjutan pertama kali muncul pada tahun 60-an, dipicu oleh buku “Silent Spring” karya Rachel Carson yang membahas polusi bahan kimia. Pada akhir 60-an, gerakan hippie dan anti-fashion menekankan pemakaian bahan alami dan kembali ke gaya hidup yang lebih sederhana.

Di tahun 70-an dan awal 80-an, gerakan punk dan goth menolak gagasan tentang fashion konvensional. Pada akhir 80-an, gerakan anti-penggunaan bulu binatang mulai muncul, sementara gerakan eco fashion juga tumbuh.

Baca Juga:  Sama-sama Bedak, Inilah Perbedaan Fungsi Two Way Cake dan Loose Powder

Masuk tahun 90-an, mesin dan teknik baru memudahkan produksi pakaian, meningkatkan tingkat konsumsi dan produksi. Gerakan eco fashion semakin meningkatkan kesadaran akan dampak lingkungan dari industri mode, meskipun fast fashion juga terus berkembang.

Gerakan Berkelanjutan pada Tahun 2000-an

Pentingnya gerakan berkelanjutan semakin disadari setelah tragedi pabrik tekstil di Bangladesh pada tahun 2013 yang menewaskan lebih dari 1.000 orang. Statistik PBB menunjukkan bahwa industri fashion menyumbang sekitar 20% limbah air dunia dan 10% emisi karbon dioksida.

Hal ini membuat dunia semakin menyadari dampak buruk industri fashion terhadap lingkungan dan masyarakat.

Sustainable Fashion di Indonesia

Di Indonesia, kesadaran akan sustainable living masih tergolong rendah, seperti yang terlihat dari rendahnya persentase rumah tangga yang mendaur ulang sampah. Edukasi lebih lanjut tentang daur ulang, pengurangan, dan penggunaan kembali limbah diperlukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat.

Baca Juga:  Tips Cegah Lumut di Toren Air untuk Jaga Kualitas Air Bersih di Rumah

Langkah Sederhana Menuju Fashion Berkelanjutan

Untuk turut serta dalam gerakan sustainable fashion, beberapa langkah sederhana dapat diambil, antara lain:

  1. Merawat pakaian untuk memperpanjang masa pakai.
  2. Berinvestasi dalam pakaian berkualitas tinggi.
  3. Beli pakaian karena kebutuhan, bukan hanya mengikuti tren.
  4. Pilih pakaian dari bahan alami untuk mengurangi dampak lingkungan.
  5. Dukung slow fashion dengan memilih merek yang ramah lingkungan.

Seiring dengan kesadaran global, upaya kecil ini diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam mendukung sustainable fashion untuk masa depan yang lebih baik.