JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Ikan mentah telah menjadi bagian dari budaya kuliner Jepang dan semakin populer di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sushi dan sashimi, dua hidangan khas yang menggunakan ikan mentah segar, menjadi favorit bagi banyak orang.
Meski terasa lezat dan menyegarkan, mengonsumsi ikan mentah secara berlebihan tidak disarankan. Ada beberapa risiko kesehatan yang bisa timbul, terutama terkait dengan infeksi parasit, bakteri, serta kontaminasi bahan kimia berbahaya.
Risiko Infeksi Parasit
Ikan mentah yang tidak melalui proses pemasakan sempurna berisiko menjadi media bagi parasit untuk masuk ke tubuh. Parasit adalah organisme yang menempel pada tubuh inang dan mengambil nutrisi dari inangnya tersebut. Beberapa parasit mungkin tidak menyebabkan gejala serius, tetapi ada yang bisa berdampak pada kesehatan jangka panjang.
Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, ikan mentah baru aman dikonsumsi setelah dibekukan selama 12 hingga 24 jam. Pembekuan tersebut membantu membunuh parasit berbahaya yang mungkin terdapat dalam ikan.
Risiko Infeksi Bakteri
Mengonsumsi ikan mentah atau setengah matang juga meningkatkan risiko keracunan makanan akibat infeksi bakteri. Beberapa jenis bakteri yang sering ditemukan pada ikan mentah antara lain Listeria, Vibrio, Clostridium, dan Salmonella. Infeksi bakteri ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut, mual, muntah, dan diare.
Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa sekitar 10 persen makanan laut mentah yang diimpor dan 3 persen dari makanan laut domestik mengandung bakteri Salmonella. Meski orang dengan sistem kekebalan tubuh kuat jarang mengalami masalah serius akibat konsumsi ikan mentah, kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan imunitas lemah lebih berisiko.
Risiko Kontaminasi Polutan
Selain infeksi parasit dan bakteri, ikan mentah juga bisa terkontaminasi polutan organik persisten (POPs). POPs merupakan bahan kimia beracun yang dihasilkan dari aktivitas industri dan dapat mengendap di lingkungan. Ikan, terutama yang hidup di penangkaran, bisa mengakumulasi POPs melalui makanan yang terkontaminasi.
Sebuah studi menunjukkan bahwa ikan yang dimasak mengandung 26 persen lebih sedikit polutan dibandingkan ikan mentah. Tingginya paparan POPs dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti kanker dan diabetes tipe 2.
Paparan Merkuri
Konsumsi ikan mentah juga meningkatkan risiko paparan merkuri. Limbah manusia yang mencemari perairan bisa mengandung merkuri, yang kemudian diserap oleh ikan dan berubah menjadi metil-merkuri. Zat ini dapat terakumulasi di dalam tubuh dan menyebabkan gangguan pada sistem saraf, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak.
Penumpukan merkuri dalam tubuh juga bisa berdampak buruk pada perkembangan kognitif anak, menyebabkan masalah motorik, serta mengganggu fungsi organ vital.
Mengonsumsi ikan mentah memang menawarkan pengalaman kuliner yang unik dan lezat, tetapi risikonya tidak bisa diabaikan. Infeksi parasit, bakteri, kontaminasi polutan, hingga paparan merkuri adalah beberapa ancaman kesehatan yang perlu diwaspadai. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih selektif dalam mengonsumsi ikan mentah, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Jika ingin tetap menikmati hidangan ikan mentah, pastikan untuk memilih ikan yang sudah melalui proses pembekuan yang tepat.