Profil  

Chamimah, Adik Wapres Try Sutrisno yang Dedikasinya Menginspirasi di Dunia Pendidikan

Viral di berbagai media sosial sosok Chamimah adik Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno. Ia bertahan menjadi guru meski hanya digaji Rp300 ribu sebulan. Foto/Dok/SINDOnews

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Kisah Chamimah, adik kandung Wakil Presiden ke-6 RI, Try Sutrisno, menjadi sorotan publik setelah viral di berbagai media sosial. Di usia 82 tahun, ia tetap semangat mengajar di Taman Kanak-Kanak (TK) Masa Putra Bhakti, Surabaya, meskipun hanya menerima gaji sebesar Rp300 ribu per bulan. Dedikasi luar biasa ini menjadi potret nyata perjuangan para guru honorer yang rela mengorbankan kenyamanan demi mendidik generasi penerus bangsa.

Mengabdi Selama Lebih dari 60 Tahun

Chamimah telah mengajar di TK Masa Putra Bhakti sejak 1963, menjadikannya salah satu pendidik dengan masa bakti lebih dari enam dekade. TK ini dikelola secara mandiri oleh perangkat RW di kawasan Kedung Doro, Surabaya. Pengabdiannya yang panjang menunjukkan komitmen dan kecintaannya terhadap dunia pendidikan, meskipun pendapatan yang diterimanya jauh dari layak.

Baca Juga:  Tribute untuk Mas Yos: Sang Pelopor Studio Rekaman Pertama di Indonesia

Wisudawan Tertua UM Surabaya

Pada tahun 2020, Chamimah mencatatkan prestasi sebagai wisudawan tertua dalam Wisuda ke-46 Universitas Muhammadiyah Surabaya. Di usia 78 tahun, ia berhasil menyelesaikan studi di jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD). Tugas akhirnya berjudul Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini Kelompok A TK Masa Putra Bhakti Surabaya Tahun Pelajaran 2019-2020.

Semangatnya untuk belajar di usia senja sangat menginspirasi. Chamimah mengungkapkan bahwa ia tidak pernah absen selama kuliah kecuali jika sakit. Dukungan staf pengajar dan teman-teman kuliahnya menjadi motivasi besar untuk menyelesaikan studinya tepat waktu.

Baca Juga:  Mayor Teddy Dipromosikan sebagai Wandanyonif Para Raider 328/Dirgahayu

Dedikasi yang Menginspirasi

Chamimah menyebut bahwa semangat belajar dan kepatriotan yang ia miliki terinspirasi dari kakaknya, Try Sutrisno. Ia percaya bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar, selama ada tekad yang kuat. “Saya juga punya banyak teman yang mungkin usianya seperti anak dan cucu saya, namun justru mereka yang memotivasi saya untuk terus belajar,” ungkapnya.

Pesan Chamimah sangat jelas: pendidikan adalah hak setiap orang, terlepas dari usia. Ia menjadi contoh nyata bahwa semangat belajar dan mengabdi tidak mengenal batas waktu.

Baca Juga:  Nata Sofia, Sosok Penyiar Berkarakter dari Bandung yang Multitalenta

Penghargaan bagi Para Guru Honorer

Kisah Chamimah menjadi pengingat bahwa guru honorer di Indonesia masih menghadapi tantangan besar, termasuk gaji yang tidak layak. Namun, di balik segala keterbatasan, dedikasi mereka tetap menjadi pilar penting dalam membangun masa depan bangsa.

Semoga kisah Chamimah dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih menghargai dan mendukung perjuangan para guru honorer yang terus mendidik generasi muda dengan penuh keikhlasan. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Chamimah, pengabdian sejati adalah tentang memberi, bukan semata-mata menerima.