Hoaks Video Deepfake Jokowi Berpidato dalam Bahasa Mandarin, Kominfo Angkat Bicara

Presiden RI Joko Widodo saat menyampaikan sambutan dalam acara Istana Berbatik di Istana Negara, Jakarta, Minggu (1/10/2023). Kemenkominfo memastikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi berpidato menggunakan bahasa Mandarin yang beredar di media sosial adalah hoaks. (Sumber: Kompas TV)

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Belakangan ini, beredar potongan video yang menampilkan Presiden Joko Widodo memberikan pidato dalam bahasa Mandarin. Namun, video tersebut telah dipastikan sebagai hoaks yang dihasilkan melalui teknologi kecerdasan buatan, atau lebih dikenal dengan istilah ‘deepfake’.

Kontan keberadaan video ini memicu kegemparan di kalangan masyarakat karena menunjukkan Jokowi fasih berbicara dalam bahasa Mandarin dalam pidatonya.

Semuel A. Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), menegaskan bahwa video tersebut merupakan hasil suntingan yang menyesatkan. “Video yang beredar tersebut disertai narasi ‘Jokowi berbahasa Mandarin’. Itu hasil suntingan yang menyesatkan,” ujar Semuel.

Baca Juga:  Waspada Bahaya Suntik Filler Payudara, Berpotensi Sebabkan Cacat atau Kematian

Tim Artificial Intelligence and Security (AIS) Kementerian Kominfo melakukan penelusuran dan menemukan kesamaan dengan video yang diunggah oleh kanal YouTube The U.S. – Indonesia Society (USINDO) pada November 2015. Secara visual, video tersebut identik, namun telah disunting menggunakan teknologi deepfake.

Dikutip dari laman CNBC Indonesia, Minggu (10/11/2023) Semuel menjelaskan bahwa dalam pidato yang sebenarnya, Presiden Joko Widodo tidak pernah menggunakan bahasa Mandarin. “Ini adalah bentuk disinformasi,” tegasnya.

Kominfo memberikan imbauan kepada masyarakat untuk berhati-hati terhadap informasi yang dapat dimanipulasi. Masyarakat juga diminta untuk tidak menyebarkan konten hoaks atau disinformasi melalui platform digital.

Baca Juga:  Kampanye Riang Gembira, Dedi Mulyadi Ajak Kaum Ibu Joget Gemoy Hingga 'Janjikan' Program Celana Dalam Gratis

Wakil Menteri Kominfo, Nezar Patria, menyoroti bahwa teknologi deepfake semakin canggih dan banyak orang yang cakap secara digital nyaris percaya pada video deepfake Jokowi. Nezar menyebutkan bahwa AI sering digunakan untuk misinformasi dan disinformasi oleh kelompok atau individu tertentu.

Penerapan generative AI pada deepfake dapat menyebabkan kekacauan informasi dan sulit untuk membedakan informasi yang benar atau palsu. Kominfo berupaya mengatasi dampak negatif ini dengan mengeluarkan draf Surat Edaran AI yang berisi pedoman dan ketentuan etis untuk pemanfaatan teknologi AI di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat memaksimalkan manfaat teknologi AI dan menghindari dampak negatifnya.