Katel, Lalaban yang Jadi Penghidupan Pasutri di Majalengka

MAJALENGKA, TINTAHIJAU.com – Pencok Katel, adalah makanan yang sering disebut Bupati Majalengka sebagai makanan yang sering ditanyakan tamu-tamu pendopo saat berkunjung ke Majalengka selain oseng-oseng kulit kepala kambing.

Meski hanya berasal dari kelopak tumbuhan kacang kedelai yang baru tumbuh sekitar 1 minggu, orang akan menyebutnya Katel. namun saat diolah menjadi Pencok Katel (Katel diolah bersama sambel mentah biasa) rasanya dianggap sangat enak bagi yang menyukai jenis sayuran mentah apalagi dimakan dengan nasi hangat dengan lauk pauk ikan asin.

Menelusuri keberadaan tanaman Katel, TINTAHIJAUcom  berhasil menemui Susi Susilawati, warga Desa Pasir Muncang Blok Cikamarang Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka.

Ibu dengan satu anak ini bercerita, bahwa ia dan suaminya adalah salah satu petani Katel meneruskan usaha yang dilakukan Sang mertua.

“Saya dan suami melanjutkan usaha mertua berkebun Katel, meskipun lahannya sedikit paling kalau nabur hanya ada 2 atau 3 lahan kecil saja,” kata Susi, Senin (7/8/2023).

Diceritakannya, bahwa Katel yang ia tanam akan dipanen seminggu sekali, sekali panen sedikitnya akan mendapatkan Katel sekitar 40 Liter saja.

“Paling dapat 40 liter sekali panen, untuk eceran saya jual Rp7 ribu per liter. Kalau beli banyak untuk dijual lagi saya jual Rp6 ribu per liter,” ungkapnya.

Sejauh ini kata Susi, ia hanya memasarkan di lingkungan desanya saja yaitu di Pasir Muncang dan di Desa Sidamukti.

“Kalau Panennya di Blok Cikamarang Desa Pasir Muncang dengan cara diarit, kemudian hasil aritan tersebut dibawa ke Sidamukti untuk kemudian diambil kelopak-kelopaknya saja dengan cara dipetik dari tangkainya satu-satu,” urai Susi.

Dijelaskannya, untuk memisahkan kelopak-kelopak katel dari tangkainya, Susi membutuhkan tenaga sekitar 10 orang yang membantunya.

“Yang metikan katel ada 10 orang, lumayan banyak, soalnya kan satu-satu, terus dipilih yang bagus-bagus untuk dijual, setiap dapat 1 liter mereka dapat upah seribu,” kata Susi.

Susi juga menambahkan, jika bibit kacang kedelainya bagus, untuk 1 liter kedelai akan mendapatkan 10 liter Katel, namun kalau kedelainya jelek, hasilnya jauh lebih sedikit. Untuk itu Susi hanya mencari kedelai yang bagus dari kalangan petani, tidak mencari ke pasar.

“Untuk tebar, kalau bagus 1 liter (kedelai) menjadi 10 liter (katel). Kalau jelek kacangnya dapatnya sedikit, beli kedelai dari petani aja, kalau dari pasar suka jelek,” terangnya.

Untuk respon pembeli, Susi saat ini menjajal media sosial Facebook, sehingga diakuinya banyak yang datang ke rumah langsung, sementara untuk lokasi yang jauh Susi masih belum berani  melayani.

“Kalau nganterin jauh saya banyak tidak hapal tempat, jadi banyaknya yang mau beli datang ke rumah, kalau yang jauh jauh tidak dilayani,” kata Susi

Karena sudah mulai memasarkan lewat media sosial, Susi menyebut sekarang banyak yang datang untuk membeli dalam jumlah banyak, misalnya untuk rumah makan.

“Yang datang ada yang beli sampai 10 liter biasanya untuk rumah makan, ada yang datang, saya kasih alamatnya saja. “Terangnya.

Sementara menyinggung tentang perawatan, Susi menyebut tidak Sulit, asalkan  ada air. Dan untuk teknik menanamnya kacang kedelai cukup ditabur kemudian akan ditutup dengan tanah lalu ditutup keraras  (daun pisang kering).

“Kalau kemarau, tanahnya harus disiram dulu air sebelum nebar kacang kedelai. Setelah itu ditutup tanah lalu ditutup keraras, gak sulit ngerawatnya asal ada air,” katanya.

Sementara melihat respon pasar yang mulai bagus di akun media sosialnya , kedepan Susi berharap bisa panen setiap hari, Karena saat ini baru bisa panen seminggu sekali.

Reporter: Echa Rahmania
Editor: Annas